11 Alasan Sederhana kenapa harus Pilih Ahok, Nomor 3 pasti setuju!
Belakangan terakhir sangat gencar pemberitaan soal Pilkada Tahun 2017 mendatang. Walau masih cukup lama, tapi aroma persaingan para bakal calon dan calon gubernur sudah sangat terasa.
Mereka saling menunjukkan kehebatannya masing-masing dan menjatuhkan lawan-lawannya dengan ragam cara. Dari yang biasa saja hingga yang luar biasa.
Bahkan, baru-baru ini, Ahok menyatakan rasa marahnya kepada Yusril Ihza Mahendra yang dinilainya telah melakukan fitnah.
Fitnah tersebut adalah soal penggusuran sebuah masjid dan makam keramat di daerah Jakarta Utara. Ahok dituding akan melakukan penggusuran pada masjid dan makam keramat tersebut.
Dengan tegas, Ahok membantah tudingan tersebut dan menyerang balik Yusril telah melakukan fitnah terhadapnya.
kenapa harus memilih Ahok yang sudah teruji kapasitasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Yuk mari kita simak ulasannya berikut ini!
1. TIDAK PERNAH NEKO-NEKO DAN SEDERHANA
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku tidak pernah mengadakan acara maupun ritual khusus saat perayaan tahun baru China atau Imlek.
“Sudah dari dulu, saya dan keluarga memang tidak pernah punya ritual atau perayaan khusus saat Imlek, biasa-biasa saja,” kata Basuki di Balai Kota, Jumat (5/2).
Menurut pria yang lebih akrab disapa Ahok itu, saat Imlek, biasanya dia hanya berkumpul dengan beberapa anggota keluarga serta sejumlah kerabat, sehingga tidak perlu menggelar acara khusus.
Kesederhanaan seorang Ahok.
2. SELALU TRANSPARAN DAN TAK PERNAH MENUTUP-NUTUPI HARTANYA
Gaji merupakan hak setiap bulan yang diterima oleh pejabat negara. Tidak banyak kepala daerah yang menampilkan gaji dan tunjangan kepada masyarakat luas.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) dengan terbuka memampang gaji dan tunjangan yang dia terima setiap bulan. Dipampangnya gaji Ahok di situs resmi www. ahok.org itu bukan tanpa sebab.
“Supaya semua orang tahu gaji saya dan Pak Gubernur, transparan kan? Kira-kira kalau saya tinggal di rumah yang sekian, kamu tahu penghasilan saya berapa. Karena kalau jadi pejabat kan tidak boleh kerja lagi di tempat lain,” kata Ahok di Kantor Balai Kota, Jakarta, Jumat (22/2).
Ahok dikenal selalu Transparan.
Mantan Bupati Belitung Timur itu menegaskan, dia juga berencana memampang pendapatan di luar gaji, seperti tunjangan atau honor yang dia terima dalam setiap bulan.
“Ya saya keluarin juga, kami keluarin semua kok,” tegasnya.
Berbeda dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), pria berperawakan tinggi kurus ini mengaku jika dirinya tidak pernah menerima gaji dalam setiap bulannya. Tidak menerima dalam artian berbentuk cash, tetapi transfer.
“Saya enggak pernah nerima rupiahnya, cuma nanda tangan saja, bener ini serius,” terangnya.
Seperti dilansir dalam situs resmi milik Ahok yang beralamat di ahok.org, Kamis (21/2), jumlah gaji yang diterima Gubernur Jokowi setelah dikurangi pajak sebesar Rp 3.448.500, angka itu terdiri dari gaji pokok Rp 3 juta, tunjangan istri Rp 300 ribu, tunjangan anak Rp 60 ribu dan tunjangan beras Rp 270 ribu.
Sedangkan, Ahok menerima gaji setelah pajak sebesar Rp 2.810.100. Sama halnya dengan Jokowi, angka itu terdiri dari gaji pokok Rp 2,4 juta, tunjangan istri Rp 240 ribu, tunjangan anak Rp 48 ribu dan tunjangan beras Rp 270 ribu.
Selain gaji, Gubernur dan Wagub juga menerima tunjangan jabatan. Setelah dikurangi pajak. Gubernur menerima tunjangan sebesar Rp 5.130.000 dan Wagub sebesar Rp 4.104.000 setelah dikurangi pajak.
3. PUNYA BAHTERA RUMAH TANGGA YANG HARMONIS
Kisah cinta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berawal dari injakan kaki dirinya kepada sang istri Veronica Tan.
Basuki akrab disapa Ahok menceritakan awal pertemuannya dengan Veronica. Wajah Ahok terlihar berseri saat berkisah pertemuan dengan Veronika di salah satu gereja di Jakarta Utara.
“Pertama ketemu di gereja. Enggak sengaja keinjek kakinya. Jadi ini bukan daro mata turun ke hati, tapi dari kaki naik ke hati,” kata Ahok seraya tersenyum.
Keduanya pertama kali bertemu 22 tahun lalu, tepatnya pada 1994 di Gereja Kristus Yesus, Pluit, Jakarta Utara. Ahok dan Veronika mempunyai selisih umur sembilan tahun, di mana Ahok lebih tua dari sang istri.
Saat pertama kali bertemu, Ahok mengaku fokusnya ada pada kaki Veronica. Dirinya berpandangan, kalau kakinya bagus berarti Veronica memiliki kepribadian yang kokoh.
Potret Keluarga Ahok.
Selain itu, Ahok juga terkesima dengan dentingan piano yang dimainkan Veronica. Saat itu keduanya merupakan pemuda dan pemudi yang aktif di gereja.
Seraya tersipu Ahok mengatakan, “Karena permainan piano di gereja dan nyanyi juga,” imbuhnya.
Tiga tahun berpacaran, Ahok menikahi Veronika tepat pada 6 September 1997 dan telah dikaruniai tiga buah hati, yakni Nicholas Sean, Nathania, dan Daud Albeenner.
Kota Jakarta yang dipimpin Ahok merupakan tempat di mana keduanya bertemu. Berawal dari injakkan kaki, kini keduanya telah menjalin kasih kurang lebih berkisar 19 tahun.
Ahok dan Veronica kerap kali berselisih pendapat, namun pertentangan keduanya tidak berlangsung lama. Semisal saat liburan tiba, Ahok tetap menginginkan ketiga anaknya mandi pagi. Akan tetapi, Veronika meminta ketiga anaknya untuk mandi siang saja. Akhirnya, sang suamilah yang menuruti permintaan istri. (TribunNews)
4. MARAH HANYA PADA YANG MENURUTNYA TIDAK BENAR
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berang saat mengetahui masih banyak pompa air rusak pada musim hujan ini.
Padahal, kata dia, seharusnya, pompa air itu berfungsi optimal untuk memompa air.
Dengan demikian, hal itu dapat meminimalisasi kemunculan genangan saat hujan turun.
Basuki menginstruksikan anak-anak magang yang telah direkrutnya untuk turun ke lapangan.
Hasilnya, anak-anak magang menemukan adanya pompa air di 21 lokasi yang dipenuhi sampah.
Foto saat Ahok sedang Marah.
Sampah itu menyebabkan pompa sulit memompa air hujan dan mengakibatkan terjadinya genangan.
“Saya tahu ini dari anak magang, di mana dalam smart city terpantau pompa tidak berfungsi,” kata Basuki di Balai Kota, Senin (1/2/2016).
Selama ini, Basuki mengaku selalu menginstruksikan Dinas Tata Air untuk mengawasi pompa air.
Namun, laporannya selalu tidak ada pompa yang bermasalah.
Basuki mengaku lebih memilih merekrut banyak anak magang ketimbang menerima PNS.
“Kerja pegawai menghabiskan uang Rp 18 triliun setiap tahun kagak kerja. Mending anak magang, (magang) dua-tiga bulan, Jakarta beres,” kata Basuki.
Sebagai mantan pengusaha tambang, Basuki mengetahui cara kerja pompa air.
Jika pompa tersumbat sampah, trafonya akan semakin panas dan terbakar.
Karena itu, perlu ada perawatan berkala yang dilakukan Dinas Tata Air DKI.
Meski demikian, Basuki mengatakan, permasalahan ini bukan kesalahan Kepala Dinas Tata Air DKI Teguh Hendarwan, melainkan kesalahan masa lalu yang kini tengah diperbaiki.
“Masa hujan 2-10 bulan, masih enggak bisa merawat pompa,” kata Basuki.
Selain itu, Basuki menemukan ada rumah pompa yang tidak dipasang genset.
Kemudian, Basuki juga menemukan pompa-pompa kecil di 40 lokasi belum dipasang CCTV atau kamera pengawas.
Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendrawan menjelaskan, dari 150 rumah pompa dengan 453 pompa, 10 persen di antaranya mengalami kerusakan atau sekitar 28 pompa, seperti di daerah Waduk Pluit.
Namun, dia menjamin tahun ini tidak ada lagi pompa yang rusak, termasuk panel listrik dan gensetnya.
“Pak Gubernur tadi sampaikan di rapat pimpinan, semua (pompa) yang rusak dan dalam perbaikan, dan yang aktif semuanya harus terawat. Jadi, semua (pompa) tahun ini kami benahi,” kata Teguh.
Selain itu, Dinas Tata Air DKI juga akan melengkapi semua pompa dengan genset, termasuk pemasangan kamera closed circuit television (CCTV) di semua rumah pompa.
Semua perawatan pompa nantinya akan diserahkan kepada agen tunggal pemegang merek (ATPM) sehingga perawatan pompa tidak dilakukan ketika musim hujan tiba.
“Saya maunya sih ganti baru (pompa air) semua. Sebab, biaya perbaikan sama saja dengan beli baru,” kata mantan Camat Pulogadung itu. (TribunNews)
5. MENJUNJUNG TINGGI KEJUJURAN
Dengan suara bulat, DPRD DKI Jakarta sepakat membentuk panitia angket memeriksa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Mereka marah setelah Ahok membeberkan dana siluman dalam APBD. Dukungan bermunculan dengan #SaveAhok.
Sengketa heboh terakhir antara DPRD dan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berawal dari rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2015 yang diajukan oleh DPRD dan telah disahkan dewan akhir Januari lalu.
Menurut Ahok, dalam APBD yang akan diajukan ke Kementerian Dalam Negeri itu mendadak muncul dana-dana yang tidak wajar. Antara lain dalam anggaran Dinas Pendidikan.
Misalnya anggaran untuk pengadaan perangkat Uninterruptible Power Supply (UPS) bagi sekolah-sekolah SMP yang ditulis Rp. 6 miliar. Padahal harga UPS yang paling mahal hanya sekitar Rp 1 miliar, dan yang dianggap memadai sudah bisa diberli dengan harga Rp. 100 juta. Peralatan itu dibutuhkan untuk menstabilkan aliran listrik bagi perangkat komputer.
Anggaran siluman lebih 12 triliun
Ahok selanjutnya mengatakan, dana-dana tidak wajar APBD yang disebutnya “anggaran siluman” itu seluruhnya mencapai Rp 12 triliun. Sebagai Gubernur DKI, ia menolak meneruskan APBD itu kepada Kementerian Dalam Negeri.
Hal itulah yang membuat para anggota DPRD marah. Mereka dengan suara bulat setuju mengajukan hak angket. Artinya, DPRD akan membentuk panitia angket yang bertugas memeriksa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama karena melanggar berbagai UU dan aturan DPRD.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Muhammad Taufik dari Partai Gerindra, menuduh Ahok melanggar Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang proses pengesahan APBD DKI Jakarta. Hal itu disampaikan Ketua DPD Partai Gerinda itu dalam wawancara dengan KBR.
Selanjutnya ia menjelaskan, panitia angket akan terdiri dari 33 anggota dewan dan bertugas maksimal 60 hari. Kemudian panitia angket akan melaporkan kepada dewan apa keputusannya, kalau ada unsur pidana dilanjutkan atau Gubernur diusulkan untuk diberhentikan.
Proses pemberhentian Gunernur menurutnya harus melalui beberapa tahapan, seperti hak menyatakan pendapat, kemudian dibawa ke Mahkamah Agung, lalu disampaikan ke Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.
Dukungan untuk Ahok
Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Abdullah Dahlan, mempertanyakan kinerja DPRD DKI terkait munculnya anggaran siluman itu.
“Yang jadi pertanyaan, seharusnya yang menemukan itu DPRD DKI. Kenapa ini justru pemerintah yang membuka?” kata Abdullah Dahlan di kantor ICW, Jakarta Selatan, seperti dikutip kompas.com.
Gubernur Ahok menegaskan, jika memang melanggar undang-undang, dia rela dipecat. Karena dia melakukan semuanya untuk menyelamatkan uang rakyat.
Die media sosial, dukungan terhadap Ahok terus bermunculan dengn tagar #SaveAhok #SaveKPK dan #BasmiKorupsi.
Relawan Salam 2 Jari yang menjadi pendukung Jokowi di Pilpres 2014 juga menyerukan dukungan. Gitaris Slank Abdee menulis di Twitternya: “Saya warga JKT, anti korupsi, saya berdiri bersama Ahok.” (Dw)
Post a Comment for "11 Alasan Sederhana kenapa harus Pilih Ahok, Nomor 3 pasti setuju!"