5 Bukti ini Perlihatkan Kebodohan orang yang masih menyerang Ahok dengan Isu Bohong!
Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa dengan sebutan Ahok tengah menjadi sorotan soal kasus suap reklamasi. Bukan hanya itu saja, terdapat cukup banyak kasus yang menerpa dirinya.
Hal ini tentu wajar-wajar saja karena mengingat bahwa Ia adalah calon petahana untuk Gubernur DKI Jakarta yang saat ini punya banyak sekali lawan.
Pakar Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai kasus suap raperda reklamasi teluk Jakarta membuat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) terancam turun.
“Kini Ahok pesonanya makin tengkurep sejak bau korupsi reklamasi tercium publik,” kata Ubedilah dalam keterangan tertulisnya melalui surat elektronik, Sabtu (9/4/2016) malam.
Ubedilah menyayangkan hingga kini belum ada survei elektabilitas yang resmi merilis elektabilitas Ahok setelah kasus raperda reklamasi ini mengemuka. Di sisi lain, kasus suap ini membuat lawan politik Ahok berpeluang mendapat simpati publik dan elektabilitasnya merangkak naik.
“Kemungkinan elektabilitas lawan politiknya yang jarang melakukan serangan politik terhadap Ahok seperti Sandiaga Uno mendapat simpati publik dan angka elektabilitasnya naik,” kata Ubedilah yang juga Direktur Pusat Studi Sosial Politik (Puspol) Indonesia.
Ubedilah menjelaskan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin ibu kota yang efektif bekerja bukan pemimpin yang heboh bekerja alias gaduh karena rendahnya dukungan partai politik dan pemimpinnya yang menjadi sumber kegaduhan. (Bisnis)
Namun, dari semua itu ternyata serangan-serangan yang ditujukan kepada dirinya tak serta merta membuat Ahok menjadi jatuh. Pasalnya, serangan tersebut malah membuat Ahok terlihat makin kokoh. Berikut adalah ulasan dari hatree.net mengenai hal ini:
1. AHOK DITUDUH KORUPSI SUMBER WARAS
KPK yang sebagai pihak berwenang untuk memutuskan kasus korupsi sudah menetapkan bahwa kasus Rumah Sakit Sumber Waras ini bukan sebuah tindak kejahatan korupsi. Tapi orang-orang yang ada di luar sana tetap ngotot dan menganggap bahwa KPK tidak profesional.
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Alexander Marwata menyampaikan bahwa pihaknya belum menemukan niat jahat oknum pejabat negara terkait pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
“Kami harus yakin betul di dalam kejadian itu ada niat jahat. Kalau hanya kesalahan prosedur, tetapi tidak ada niat jahat, ya susah juga,” ujar Alexander Marwata di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (29/3/2016).
Kendati demikian, menurut dia, KPK masih menyelidiki laporan yang disampaikan DPRD DKI Jakarta terkait pembelian lahan tersebut.
Menurut Alex, meskipun Badan Pemeriksa Keuangan menemukan adanya penyimpangan dalam pembelian lahan tersebut, KPK tetap perlu membuktikan apakah ada niat jahat seseorang atau tidak.
Hal serupa dikatakan Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarief.
Menurut dia, hal yang paling penting untuk meningkatkan penanganan suatu kasus ke tahap penyidikan adalah adanya niat jahat dari pelaku.
“Kalau menetapkan sebagai tersangka, saya harus tahu kamu itu berniat merusak, mengambil keuntungan, atau merugikan negara,” kata Syarief.
Pimpinan KPK menyatakan bahwa KPK tidak akan gegabah dalam menangani kasus tersebut.
KPK juga tidak akan terpengaruh adanya desakan untuk meningkatkan status penyelidikan menjadi penyidikan.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta membeli lahan milik Yayasan Kesehatan Sumber Waras (YKSW) senilai Rp 800 miliar.
Pembelian lahan itu dimuat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan tahun 2014.
Oleh BPK, proses pembelian itu dinilai tidak sesuai dengan prosedur. BPK menilai Pemprov DKI membeli lahan dengan harga lebih mahal dari seharusnya sehingga mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 191 miliar. (Kompas)
2. AHOK TERLIBAT SUAP REKLAMASI
Logika yang terjadi pada kasus reklamasi ini adalah Ahok sebagai orang yang sedang memperjuangkan kesalahan dari pemerintah sebelumnya yaitu pada masa Fauzi Bowo yang sudah mengeluarkan izin reklamasi. Selanjutnya Ahok menaikkan kewajiban pengembang yang tadinya hanya 5 persen menjadi 15 persen. Selanjutnya, pengembang yang merasa tak setuju dengan kebijakan Ahok ini melakukan lobi untuk dapat mementahkan keinginan Ahok tersebut.
Munculnya isu terkait reklamasi dinilai berkaitan dengan giat Pilkada DKI 2017 yang semakin dekat. Dan isu itu dianggap dimainkan untuk menjatuhkan Basuki Tjahaja Purnama.
“Ini ada kaitannya dengan Pilkada. Di luar orang cari cara gimana Ahok bisa kalah. Ini salah satu caranya untuk jegal Ahok,” ujar Immanuel Ketua Komunitas Basuki Tjahaja Purnama Mania (Batman) Immanuel Ebenezer pada sebuah diskusi di Cikini, Sabtu (9/4/2016).
Menurut Immanuel, orang-orang yang ingin melawan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tidak memiliki kualitas dan program sebaik Ahok. Sehingga, mereka lebih memilih mencari kesalahan Ahok untuk membuatnya jatuh.
Namun, hal tersebut lansung dibantah oleh anggota DPRD DKI dari Fraksi Hanura, Very Younevil. Menurut Very, hal itu sama sekali tidak benar.
“Soal dukung Ahok dengan reklamasi menurut kami adalah hal yang berbeda. Jadi mohon maaf karena menurut saya soal reklamasi bukan untuk menjatuhkan Ahok. Ini adalah soal hukum,” ujar Very.
Ketua Dewan Pembina Komite Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Chalid Muhammad juga membantah hal tersebut. Dia mengatakan, isu reklamasi bukan isu yang berkaitan dengan perlawanan terhadap Ahok.
Dia kecewa Immanuel memiliki prasangka bahwa mengkritik kebijakan pemerintah berarti ingin menjatuhkan pemimpinnya. Apalagi, soal reklamasi, dia juga sudah menentang sejak jaman mantan Presiden RI Soeharto.
“Kalau dibilang gitu, berarti saya dulu sedang usaha menjatuhkan Soeharto, berusaha menjatuhkan Foke (Fauzi Bowo), dan menjatuhkan Ahok dong karena saya enggak mendukung reklamasi sejak dulu,” ujar Chalid. (Kompas)
3. AHOK DITUDUH MENGHINA
Ahok bahkan ingin dipolisikan oleh Partai Bulan Bintang karena dianggap telah menghina karena sudah menyebut adik Yusron ingin mengubah Pancasila. Padahal Yusron yang seharusnya bersalah pada kasus ini karena sudah melontarkan pernyataan yang rasis kepada etnis China.
DPP Partai Bulan Bintang (PBB) sedang mempertimbangkan untuk mengambil langkah hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama. Pria yang akrab disapa Ahok itu dinilai menyebar fitnah dengan pernyataanya yang menuding partai pimpinan Yusril Ihza Mahendra ingin mengubah Pancasila.
“Dalam satu atau dua minggu ini akan dilaporkan ke Mabes Polri,” kata Kedua Harian DPP PBB Jamaluddin Karim saat konferensi pers di kantor PBB, Jakarta Selatan, Rabu (6/4/2016). Hadir juga pada kesempatan itu Ketua Dewan Syuro PBB, MS Kaban.
Saat ini, lanjut Jamal, pihaknya masih menyerahkan kepada lembaga advokasi partainya melakukan kajian terkait langkah hukum yang akan ditempuh. Dari informasi sementara, masalah ini bisa masuk delik aduan.
“Ini bisa delik aduan. Kami siapkan langkah ke kepolisian. Itu bisa masuk menyebarkan berita bohong dan fitnah. Kami akan kaji sejauh mana efektifitas pelaporan ini,” jelasnya. (PojokSatu)
Post a Comment for "5 Bukti ini Perlihatkan Kebodohan orang yang masih menyerang Ahok dengan Isu Bohong!"